
Semen Padang gagal meraih poin tandang perdananya saat menghadapi Perseru Serui di Stadion Marora Serui, Sabtu (11/6). Anak asuh Nil Maizar kalah dengan skor 2-0 dan bahkan Semen Padang harus bermain 10 orang setelah Sibi mendapatkan kartu merah.
Perseru langsung tampil menekan sejak menit awal pertandingan. Tendangan Boas Atururi masih melambung di atas gawang Semen Padang. Semen Padang juga tak tinggal diam. Beberapa kali skuat asuhan Nil Maizar itu mampu mengancam gawang Perseru. Salah satunya melalui skema serangan balik cepat yang diakhiri dengan sepakan Riko Simanjuntak. Sayang, bola masih melenceng tipis dari gawang Perseru.
Tendangan Muhammad Nur Iskandar juga masih bisa ditepis kiper Perseru, Sukasto Efendi. Hingga babak pertama usai, skor tetap tanpa gol. Memasuki babak kedua, kedua tim kembali saling bergantian melakukan serangan. Namun Perseru yang akhirnya berhasil memecah kebuntuan pada menit ke-71.
Adalah Arthur Bonai yang berhasil mencetak gol ke gawang Semen Padang melalui titik penalti. Skor pun berubah 1-0. Perseru kembali memperbesar keunggulan pada menit ke-89, lewat gol Boas Atururi. Skor 2-0, bertahan hingga laga usai.
Namun usai pertandingan, para pemain Semen Padang melancarkan protes keras kepada wasit Hadiyana. Sehingga wasit mengeluarkan kartu merah dari sakunya untuk penggawa Semen Padang, Christovel Manuel Sibi.
“Satu penalti untuk tuan rumah yang diberikan wasit sangat tidak adil. Pelanggaran yang dilakukan Cassio jelas-jelas di luar kotak penalti, tapi wasit malah menunjuk titik putih,”ujar pelatih kiper Semen Padang, Zulkarnain Zakaria, seperti dikutip Bola.com.
Kejadian lain menyangkut kartu merah yang diterima Christovel Sibi di pengujung babak kedua buntut protes yang dilayangkan mantan pemain Persipura itu. Protes tersebut dinilai wajar.”Bukan mencari kambing hitam dari kekalahan, namun kami benar-benar dikerjai wasit. Mental pemain terganggu karena tidak adanya sportivitas pengadil di lapangan. Parah,” sambungnya.
Kacaunya kepemimpinan wasit berdampak pada ketidakpercayaan pemain terhadap korps baju hitam hingga dianggap merusak skema permainan Semen Padang yang sebenarnya di babak pertama berjalan baik.
“Awalnya kami mampu mengusai pertandingan dan menciptakan beberapa peluang. Namun, sejak babak kedua intimidasi wasit kental terlihat. Kasihan pemain. Kami ke Serui untuk main bola, bukan dikerjai seperti ini. Kalah dengan wajar tidak masalah, tapi kalau sengaja dikalahkan siapa pun tidak menerima,” cetus Zulkarnain.
Perseru langsung tampil menekan sejak menit awal pertandingan. Tendangan Boas Atururi masih melambung di atas gawang Semen Padang. Semen Padang juga tak tinggal diam. Beberapa kali skuat asuhan Nil Maizar itu mampu mengancam gawang Perseru. Salah satunya melalui skema serangan balik cepat yang diakhiri dengan sepakan Riko Simanjuntak. Sayang, bola masih melenceng tipis dari gawang Perseru.
Tendangan Muhammad Nur Iskandar juga masih bisa ditepis kiper Perseru, Sukasto Efendi. Hingga babak pertama usai, skor tetap tanpa gol. Memasuki babak kedua, kedua tim kembali saling bergantian melakukan serangan. Namun Perseru yang akhirnya berhasil memecah kebuntuan pada menit ke-71.
Adalah Arthur Bonai yang berhasil mencetak gol ke gawang Semen Padang melalui titik penalti. Skor pun berubah 1-0. Perseru kembali memperbesar keunggulan pada menit ke-89, lewat gol Boas Atururi. Skor 2-0, bertahan hingga laga usai.
Namun usai pertandingan, para pemain Semen Padang melancarkan protes keras kepada wasit Hadiyana. Sehingga wasit mengeluarkan kartu merah dari sakunya untuk penggawa Semen Padang, Christovel Manuel Sibi.
“Satu penalti untuk tuan rumah yang diberikan wasit sangat tidak adil. Pelanggaran yang dilakukan Cassio jelas-jelas di luar kotak penalti, tapi wasit malah menunjuk titik putih,”ujar pelatih kiper Semen Padang, Zulkarnain Zakaria, seperti dikutip Bola.com.
Kejadian lain menyangkut kartu merah yang diterima Christovel Sibi di pengujung babak kedua buntut protes yang dilayangkan mantan pemain Persipura itu. Protes tersebut dinilai wajar.”Bukan mencari kambing hitam dari kekalahan, namun kami benar-benar dikerjai wasit. Mental pemain terganggu karena tidak adanya sportivitas pengadil di lapangan. Parah,” sambungnya.
Kacaunya kepemimpinan wasit berdampak pada ketidakpercayaan pemain terhadap korps baju hitam hingga dianggap merusak skema permainan Semen Padang yang sebenarnya di babak pertama berjalan baik.
“Awalnya kami mampu mengusai pertandingan dan menciptakan beberapa peluang. Namun, sejak babak kedua intimidasi wasit kental terlihat. Kasihan pemain. Kami ke Serui untuk main bola, bukan dikerjai seperti ini. Kalah dengan wajar tidak masalah, tapi kalau sengaja dikalahkan siapa pun tidak menerima,” cetus Zulkarnain.
*Sumber : Haluan
0 komentar:
Posting Komentar